Sabtu, 01 Januari 2011

Tidak Selamanya Belajar itu Membosankan

Yah dengan belajar ! Seseorang bisa menjadi dirinya. 
Banyak orang yang bertanya pada hatinya " siapa aku sebenarnya ? ". Meski ada jawabannya tapi dia enggan untuk menjawab, bahkan ada yang tidak pernah untuk menjawabnya. Kenapa ? karena dia takut tidak bisa untuk membuktikannya kepada orang lain bahkan kepada diri sendirinyapun dia tidak yakin.
Persoalan ini pernah penulis alami. Perasaan takut dan khawatir datang tidak diduga secara bersamaan disaat;  teman, sahabat, keluarga dan orang yang selalu dekat, saat itu tidak bisa membantu walau hanya seucap kata.
Yah ! Rasa takut dan khawatir bisa disebut ujian bahkan bisa juga diangap sebuah ancaman bagi seseorang yang tidak sanggup untuk melewatinya. Akan tetapi yang namanya ketakutan dan kekhawatiran pasti datang kepada semua orang baik yang kaya atau miskin, pintar atau bodoh bahkan yang beriman atau si kafirpun pasti merasakanya. Terutama bagi yang beriman "Allah akan mengujinya dengan harta, makanan, penyakit dan lingkungannya" tapi jangan takut dan khawatir selama dia bersabar dan mengikuti petunjuk-Nya dia dalam keselamatan. Amin. Itu dari segi penjelasan Agama

Lalu apa benar belaja itu membosankan ? Jawabannya relaif.
Bagi orang yang tidak ada kemauan memang belajar amat membosankan, bahkan enggan untuk belajar. Kenapa ?  Karena salah satu  dari faktor orang tidak mau belajar  Dia belum merasakan betapa indah, dan bangganya hasil dari sebuah belajar. Tapi, bagi orang yang sudah tahu indah dan bergunanya belajar Dia akan mengatakan "belajar itu begitu menyenangkan".

lihat; kebahagiaa seorang anak yang berhasil bisa bersepeda

Contoh kecil; seorang anak yang ingin belajar bersepeda saja, walau Ia terjatuh berkali-kali, rasa sakit tidak dihiraukan bahkan sampai ada yang mengeluarkan tetesan darah. Tapi, karena Ia ingin merasakan indah, senang, dan enaknya bermain sepeda Ia terus berjuang sampai Ia berkata "aku bisa".


Lihat; betapa lucu dan semangatnya seorang anak ketika ingain bisa berjalan.


Masih ingatkah anda sewaktu kecil Anda ketika ingin bisa berjalan ? atau tidak ingat sama sekali, ukh pasti lupa ! kalau masih ingat lucu tahu. Karena melihat sesamanya bisa berjalan seorang anakpun ingin bisa berjala. Seharusnya semangat dan keyakinan itu selau kita bawa bahkan tertanam dalam hati yang paling dalam. Mengapa orang lain mampuh sedangkan kita tidak, itu harus menjadi sebuah pertanyaan yang harus kita jawab sendiri.


Selaku manusia, penuilis juga sama. Sering dihampiri lamuna-lamunan seperti itu. Penulis juga memiliki banyak cita-cita, salah satunya menjadi seorang Fotografer yang memiliki makna atau arti kehidupan dalam  photo-photonya. Bisakah ? Tentu saja bisa . Google adalah salah satu cara perintisnya. Tapi yang lebih penting adalah praktek , mengasah keahlian mata kita dalam hal membuat foto yang bagus.


 foto D'Jasny Takokak
yang Saya ambil saat Kami memotret Takokak di Dini hari

Caranya :
Pertama , pelajari dulu kamera yang anda miliki. Kenali baik-baik, kalu bisa seperti mengenali diri sendiri. Dari segi pengoperasiannya dan yang paling penting adalah cara kerjanya dalam hal menangkap cahaya. Proses menangkap/mengumpulkan cahaya ini dikenal juga sebagai exposure.
Dalam exposure , ada 3 elemen yang berperan yaitu : Aperture, Shutter Speed, dan ISO/ASA. Tiga elemen ini sifatnya configureable , menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Terlalu banyak akan menyebabkan over / terlalu terang. Terlalu sedikit menyebabkan under / terlalu gelap. Idealnya tentu adalah hasil foto sesuai dengan kondisi aslinya. Kenali cara kerja kamera dalam exposure tersebut : cara mengatur nilai 3 elemen tsb , cara kamera mengukur cahaya ( metering ) , cara mengetahui hasil over/under . dsb


Kedua, belajar membuat foto yang bagus. Apa dan bagaimana foto yang bagus? semua orang tentu punya kriterianya sendiri-sendiri. Sulit utk menentukan rumus pasti tentang hal itu. Namun di fotografi ada yg namanya guidelines , petunjuk dalam membuat foto yang bagus. Ini seperti aturan2 yang dari dulu sudah terbukti manjur. Tidak harus diikuti namun tidak rugi untuk dipelajari. 

Membuat foto tidak jauh dari membuat kaimat.Ada huruf kecil besar , tanda baca koma , tanda seru untuk menyatakan ketegasan , bold utk memberi penekanan dan struktur katanya yang indah seperti puisi. Cuma bedanya  di fotografi bahan2nya berbeda. Di fotografi kita hanya punya aspek visual saja .. gunakan itu. Bahan fotografi diantaranya garis , pola/pattern , warna , gelap terang .. coba ramu itu semua sehingga menjadi sebuah foto yang dapat menggugah penikmat foto.
Yang seperti ini tidak didapat dari kursus . harus belajar sendiri , menemukan style kita sendiri. 

 Potretnya Takokak, 26 Januari 2011 sekitar pukul 06:00-an

Selain itu , cobalah melihat sekitar kita. Belajar mengamati , melihat dan membuat foto dari sekitar kita. Sulit rasanya kalau kita mengabadikan foto/momen tanpa kita mencintai momen hidup itu sendiri.. Kalau kita amati  petuah2 dari fotografer kawakan terkadang tidak berhubungan sama sekali dengan fotografi tapi lebih ke nasehat kehidupan. Dan hasil fotonya pun seolah merupakan refleksi dari filsafah kehidupan mereka. So, mari kita mulai belajar fotografi
ini dari hidup yang kita cintai , dari sesuatu yg kita cintai .. untuk kemudian kita share dengan yang lain .. melalui foto indah kita .
met belajar.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar